Sisi skeptic: katanya diuji sabar, tapi ujungnya kayak balas dendam? Katanya belajar hemat, tapi hedon-konsumtif? Katanya menyantuni, tapi mirip show up? Katanya kembali fitri, tapi Cuma diri bukan jiwa.
Ya-ya-ya. Lebaran memang seperti itu. Sangat banyak orang yang jadi amnesia, lalu gila. Gila dalam suatu keadaan yang dibalut dengan aroma suci dan haru dan sakral.
Aku memang sering punya pikiran skeptis. Dan lebaran ini tak luput juga dari sindiranku.
Halodo sataun lantis ku hujan sapoe dalam peribahasa sunda. Kemarau yang panjang langsung tergantikan oleh hujan yang hanya turun satu hari saja! Gambaran itu jelas nampak pada lebaran ini. Sebulan penuh diuji akan suatu larangan, dan begitu beres ujian itu, larangan pun dilakukan dengan terang-terangan.
Sebulan penuh kita diuji dan diajarkan bagaimana bisa menahan nafsu. Sabar, hemat, lebih dekat tuhan, lebih produktif dan lebih sehat. Tapi dengan satu hari saja (tepat setelah ujian itu beres), semua itu sudah langsung terlupakan dan nyempil entah dimana.
Aroma hedon dan konsumtif terbentang tak terbendung. Baju-baju bersih dan suci seperti dipakai oleh orang-orang yang sengaja memelihara tanduk dikepalanya. Adapun kalau diingatkan, melulu “hanya setahun sekali” yang terucap. Dan aku tak pernah bisa menang melawan komentar itu.
Aku lantas membayangkan; andai saja uang beraroma, andai andai uang mengeluarkan warna sepeti mobil atau rokok, andai uang punya bunyi. Maka saat ini adalah dimana seluruh penjuru disesakki aromanya. Seluruh penjuru akan penuh dengan warna-warni. Dan seluruh penjuru juga akan ribut dengan bebunyian.
Dengan begitu akan sangat kelihatan siapa yang paling bisa membaui aroma paling enak, melihat warna paling indah dan mendengarkan bunyi paling merdu. Larinya; pemodal yang kebanyakan bukan dari kalangan yang mengenal ujian dan puasa.
Pertanyaannya adalah, apakah aku juga akan disamakan dengan meraka yang tidak pernah merasakan sulitnya ujian dan puasa? Apakah kita akan lupa akan indahnya kesederhanaan dan hemat hanya dengan mangatakan; “hanya setahun sekali. Ga’ tiap hari”? Haruskah sebuah perayaan dimeriahkan oleh meningkatkanya korban kecelakaan dalam waktu yang singkat? Bagaimana sedihnya muhammad saw. Ketika melihat umatnya seperti ini? Haruskah kita meminta kepada tuhan untuk diturunkan lagi beratus-ratus bahkan beribu-ribu rasul lagi? Masih akan berlanjutkah si kaya makin kaya dan si miskin makin susah, hanya dengan diimingi hari yang sakral dan fitri?
Ah, aku terlalu memperbuas suasana. Aku terlalu mengesampingkan sisi positif yang ada.
Selamat lebaran
Thanxlovesorry.embrace..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar